Beta Reader tidak boleh mengintervensi plot, itulah
yang saya tahu. Dan saya juga tidak boleh terpengaruh pendapat mereka soal
cerita karena Bulan Narasi ini berebeda. Saya harus menyetor sedikit demi
sedikit naskahnya. Bukan naskah yang sudah jadi. Jadi, saya harus menulis - kirim
ke beta reader – revisi – dan setor naskah. Bila mendengarkan pendapat mereka
soal cerita maka setiap saat ceritanya saya ubah dan tak ada ujungnya.
Dengarkan mereka hanya soal masalah teknis.
Sudah dua ratus orang yang mendaftar, dan saya harus
bersabar. Saya tidak ingin lengah karena pengaruh sosial seperti itu. Saya
ingat saat di sekolah, ketika ujian berlangsung. Teman-teman yang pintar sudah
mengumpulkan lembar jawaban mereka cepat sekali. Saya terintimidasi dan
buru-buru menyelesaikan lembar jawaban. Saya tak ingin gegabah, saya harus
mematangkan ide sebelum bertindak. Jika tidak, maka kegagalan seperti
#ProyekMenulis yang didapat.
Setiap hari dari tanggal 21 hingga 27 April 2014, saya
terus membayangkan jalan cerita di kepala. Saya membuat kerangka sederhana
dengan diagram. Coret sana-sini. Ini yang saya takutkan. Setiap hari jalan
cerita yang terus saya bayangkan terus berubah dan saling kontradiktif. Di mana
pun saya berada, otak tetap memikirkan plot ini. Di motor, kamar, toilet,
restoran, maupun saat bergurau dengan teman-teman.
Latar belakang ide novel ini bukanlah ide baru,
melainkan ide lama. Saat saya menulis novel Thriller yang saya katakan itu, ide
ini muncul tiba-tiba. Masalahnya saya ingin membuat novel ini bertema Thriller
bukan Cinta. Saya tidak punya peluru lagi, maka saya rombak ide ini
menyesuaikan dengan tema.
Cerita ini sendiri adalah ide terliar saya. Idenya
berasal dari pengalaman dan mungkin Satir dari hidup saya. Ada beberapa aspek
dari hidup saya yang saya pakai dalam novel ini karena tidak mungkin bagi saya untuk
mengembangkan cerita dalam waktu satu bulan saja dan belum termasuk riset,
menulis, revisi, dan membaca.
Memplot cerita sebelum menulis Sinopsis. Hmmm...
Saya tidak ingin klise tapi saya akan menstruktur
ulang klise itu agar tetap dalam tema cinta. Sehingga klise tidak terasa kental
karena pengaruh Thriller. Keseimbangan yang lentur seperti Yin Yang.
Maka plot mulai saya rangka. Ini yang sulit, karena
plot harus menarik, meng-hook pembaca,
harus bergerak dinamis, dan masuk akal. Masalah lain adalah mendalamkan cerita,
yang saya pelajari selama ini adalah menambahkan subplot untuk memperluas
cerita dan untuk membuat plot lebih menarik.
Oh man belum
lagi karekter ... plot dulu aja.
Apa yang dibutuhkan plot? KONFLIK. Tidak ada konflik
tidak ada cerita maka tidak ada plot. Dan tentu membuat pembaca bosan setengah
mati. Pembaca adalah Raja. Setiap bab harus ada sesuatu yang terjadi. Saya
sering terjebak di antara event/kejadian dan konflik. Keduanya serupa tapi tak
sama.
Menstruktur plot, umunya awal, tengah, dan akhir.
Pengenalan masalah, konfrontasi, dan resolusi. Yang saya tahu di antara ketiga
babak itu ada yang namanya titik balik, krisis, dan klimaks. Semua elemen itu
akan membuat cerita menarik dan mengembangkan karakter. Protagonis harus
berubah/diubah.
Saat memplot saya selalu merencanakan endingnya karena
saya harus menulis dengan tujuan ke akhir. Semua misteri di awal harus
diselesaikan di akhir termasuk subplot, tidak ada yang tersisa. Hal lain yang
harus saya perhatikan adalah merapatkan cerita agar tidak melebar kemana-mana.
Mungkin cara yang efektif adalah membatasi jumlah karakter dan membatasi sudut
pandang.
Biasanya saya membuat rangka per chapter dengan
adegan-adegan yang ingin saya masukkan. Namun, kali ini saya melakukan
pendekatan berbeda. Saya berpegang pada rangka diagram dan sinopsis saja.
Dengan begitu saya membiarkan protagonis berkembang dan membatasinya dengan
rangka plot. Saya ingin protagonis ini benar-benar tak terduga tapi tetap dalam
karakternya. Saya ingin ceritanya berimbang antara character driven dan plot
driven. Berebda dengan novel Thriller saya yang lebih mengutamakan plot.
Karena lagi-lagi, ujung-ujungnya cinta.
Saya pun merangka semuanya. Awal, tengah, akhir. Lalu
yang namanya titik balik, krisis, dan klimaks. Semuanya beres. Sinopsis selesai
tengah malam tanggal 28 April 2014. Tak lupa sebelum mengirim, saya revisi
berulang-ulang agar terlihat ‘cantik’ dan tak salah eja. Setelah itu Sinopsis
terkirim.
Bismillah... Semoga saya tak mengacau karya saya
sendiri.