Instruksi
Tak
pernah aku bertemu wanita seperti dia. Aku tahu ini cukup menggelikan. Pria
muda sepertiku dan wanita berpengalaman seperti Lisa. Entah kenapa aku mengidap
preferensi seperti ini. Menyukai wanita yang jauh lebih tua. Aku dan Lisa terus
bertukar tatap, menghangatkan suhu kamarku.
Lisa duduk miring di atas ranjang,
berselonjor kaki tak lepaskan hak tinggi, dan memamerkan liuk moleknya. Ia
berdesah, “Aku merasa ada banyak getaran di antara kita.”
“Aku juga,” balasku.
Lisa belum membuka Blazer dan rok mini,
libidoku sudah terbakar. Membara, menyala-nyala, seperti kuda jantan yang ingin
diperah.
“Kau pria yang membuatku sangat, sangat
bergairah,” ucapnya.
“Benarkah?”
Lisa mengangguk percaya diri.
Ini yang kutunggu. Lisa mencopoti
kancing-kancing Blazer hitamnya seraya menyibakkan rambut panjangnya ke
samping. Jemarinya cukup lentik untuk wanita berumur empat puluh tahun. Lisa
menggigit bibir bergincu merah mengkilapnya dan menancapkan sorot matanya ke
wajahku dan turun ke bawah.
“Aku akan telanjang. Dan kau,” Lisa
berkedip nakal, “mulailah bekerja,” perintahnya tegas.
“Baik, Sayang.”
Tanganku gemetaran, nafasku gelagapan.
Jemari ini tak terkendali, berusaha melorotkan boxer garis-garisku. Dengan cepat aku membuka celana. Lisa juga
nampak buru-buru, terus menerus memerintah.
“Aku mau—“ Lisa berhenti bicara.
“Sial!,” teriakku.
Buffering.
****
Tidak ada komentar:
Posting Komentar