Senin, 28 April 2014

Jurnal Janin #2 : Plotting




Beta Reader tidak boleh mengintervensi plot, itulah yang saya tahu. Dan saya juga tidak boleh terpengaruh pendapat mereka soal cerita karena Bulan Narasi ini berebeda. Saya harus menyetor sedikit demi sedikit naskahnya. Bukan naskah yang sudah jadi. Jadi, saya harus menulis - kirim ke beta reader – revisi – dan setor naskah. Bila mendengarkan pendapat mereka soal cerita maka setiap saat ceritanya saya ubah dan tak ada ujungnya. Dengarkan mereka hanya soal masalah teknis.

Sudah dua ratus orang yang mendaftar, dan saya harus bersabar. Saya tidak ingin lengah karena pengaruh sosial seperti itu. Saya ingat saat di sekolah, ketika ujian berlangsung. Teman-teman yang pintar sudah mengumpulkan lembar jawaban mereka cepat sekali. Saya terintimidasi dan buru-buru menyelesaikan lembar jawaban. Saya tak ingin gegabah, saya harus mematangkan ide sebelum bertindak. Jika tidak, maka kegagalan seperti #ProyekMenulis yang didapat.

Setiap hari dari tanggal 21 hingga 27 April 2014, saya terus membayangkan jalan cerita di kepala. Saya membuat kerangka sederhana dengan diagram. Coret sana-sini. Ini yang saya takutkan. Setiap hari jalan cerita yang terus saya bayangkan terus berubah dan saling kontradiktif. Di mana pun saya berada, otak tetap memikirkan plot ini. Di motor, kamar, toilet, restoran, maupun saat bergurau dengan teman-teman.

Latar belakang ide novel ini bukanlah ide baru, melainkan ide lama. Saat saya menulis novel Thriller yang saya katakan itu, ide ini muncul tiba-tiba. Masalahnya saya ingin membuat novel ini bertema Thriller bukan Cinta. Saya tidak punya peluru lagi, maka saya rombak ide ini menyesuaikan dengan tema.

Cerita ini sendiri adalah ide terliar saya. Idenya berasal dari pengalaman dan mungkin Satir dari hidup saya. Ada beberapa aspek dari hidup saya yang saya pakai dalam novel ini karena tidak mungkin bagi saya untuk mengembangkan cerita dalam waktu satu bulan saja dan belum termasuk riset, menulis, revisi, dan membaca.

Memplot cerita sebelum menulis Sinopsis. Hmmm...

Saya tidak ingin klise tapi saya akan menstruktur ulang klise itu agar tetap dalam tema cinta. Sehingga klise tidak terasa kental karena pengaruh Thriller. Keseimbangan yang lentur seperti Yin Yang.



Maka plot mulai saya rangka. Ini yang sulit, karena plot harus menarik, meng-hook pembaca, harus bergerak dinamis, dan masuk akal. Masalah lain adalah mendalamkan cerita, yang saya pelajari selama ini adalah menambahkan subplot untuk memperluas cerita dan untuk membuat plot lebih menarik.

Oh man belum lagi karekter ... plot dulu aja.

Apa yang dibutuhkan plot? KONFLIK. Tidak ada konflik tidak ada cerita maka tidak ada plot. Dan tentu membuat pembaca bosan setengah mati. Pembaca adalah Raja. Setiap bab harus ada sesuatu yang terjadi. Saya sering terjebak di antara event/kejadian dan konflik. Keduanya serupa tapi tak sama.

Menstruktur plot, umunya awal, tengah, dan akhir. Pengenalan masalah, konfrontasi, dan resolusi. Yang saya tahu di antara ketiga babak itu ada yang namanya titik balik, krisis, dan klimaks. Semua elemen itu akan membuat cerita menarik dan mengembangkan karakter. Protagonis harus berubah/diubah.

Saat memplot saya selalu merencanakan endingnya karena saya harus menulis dengan tujuan ke akhir. Semua misteri di awal harus diselesaikan di akhir termasuk subplot, tidak ada yang tersisa. Hal lain yang harus saya perhatikan adalah merapatkan cerita agar tidak melebar kemana-mana. Mungkin cara yang efektif adalah membatasi jumlah karakter dan membatasi sudut pandang.

Biasanya saya membuat rangka per chapter dengan adegan-adegan yang ingin saya masukkan. Namun, kali ini saya melakukan pendekatan berbeda. Saya berpegang pada rangka diagram dan sinopsis saja. Dengan begitu saya membiarkan protagonis berkembang dan membatasinya dengan rangka plot. Saya ingin protagonis ini benar-benar tak terduga tapi tetap dalam karakternya. Saya ingin ceritanya berimbang antara character driven dan plot driven. Berebda dengan novel Thriller saya yang lebih mengutamakan plot. Karena lagi-lagi, ujung-ujungnya cinta.

Saya pun merangka semuanya. Awal, tengah, akhir. Lalu yang namanya titik balik, krisis, dan klimaks. Semuanya beres. Sinopsis selesai tengah malam tanggal 28 April 2014. Tak lupa sebelum mengirim, saya revisi berulang-ulang agar terlihat ‘cantik’ dan tak salah eja. Setelah itu Sinopsis terkirim.

Bismillah... Semoga saya tak mengacau karya saya sendiri.
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar